Ookami Shoujo to Kuro Ouji ( Wolf Girl and Black Prince ) Bahasa Indonesia Chapter 7
http://mangadove.blogspot.com/2015/03/ookami-shoujo-to-kuro-ouji-wolf-girl_19.html
Pada chapter 7 ini akan menceritakan tentang rencana Malam Natal Kyouya dan Erika, cerita dalam chapter ini juga sudah dimasukan dalam anime. Bagi yang belum tau ceritanya, silahkan untuk membaca komik versi teks bahasa Indonesia yang sudah saya sediakan dibawah ini.
(Sumber gambar: http://manhua.fzdm.com/)
Pagi ini dikelas seperti biasa Marin dan Teduka selalu bercerita tentang hubungan mereka, kali ini yang menjadi topik pembahasan mereka adalah tentang rencana malam natal yang disiapkan oleh mereka masing-masing. Saat Teduka dan Marin masih terus bercerita tenang rencana mereka, Erika tampak murung, dia tak henti-hentinya memikirkan Kyouya, kekasih bohongannya itu, didalam hati dia terus bertanya, “Aku ragu aku ini apa bagi Kyouya-kun? Seperti yang diharapkan, apakah aku tidak lebih hanya seekor anjing? Atau apakah dia menyukaiku, walau hanya sedikit?”. Erika tampak iri melihat teman-temnanya yang begitu bahagia menceritakan rencana mereka dan pasangannya untuk menghadapi malam natal yang sebentar lagi akan tiba.
Teduka dan Marin akhirnya menyadari perbedaan Erika pagi ini, merekapun bertanya, “Ada apa Erika? Apa kau sedang tidak baikan dengan Sata-chi?” Erika tampak tergejut disapa oleh temannya, mungkin karena dari tadi dia termenung sendiri memikirkan nasib hubungannya dengan Kyouya, “karena kau dari tadi ngambek dan tidak ikutan! Apa kau sekarang belum punya rencana malam natal bersama Sata-chi?” tambah teman-temnnya itu. Erikapun menjawab, “Tentu sudah! Kami pasti akan makan kue dan bertukar kado juga!” Marin menanggapi, “Ehh… itu terdengar sangat normal..tidak terdengar seperti Satacchi!” ditambah lagi oleh Teduka, “Begitu sederhana!” Kemudian Marin dan Tedukapun membuat rencana agar mereka bertiga saling bertukar photo untuk malan natal nanti.
Erika ingin sekali merayakan natal bersama Kyouya, saat diperjalan pulang sekolah, Erika mencoba untuk mengajak Kyouya merencanakan tentang malam natal mereka, “Natal akan segera tiba yakan?” ucap Erika mencoba memulai topik, “Haa, kelihatannya begitu.” Mendengar tanggapan Kyouya seperti itu Erikapun mencoba untuk bertanya pada Kyouya, “Sepertinya kau tidak menyukainya ya?” Kyouya langsung menjawab, “Natal itu… benar-benar Omong Kosong. Apa sih yang menyenangkan dari itu? Terlebih lagi hari itu sangat ramai, akan banyak acara dimana-mana. Mereka memainkan musik yang sama dijalanan dan juga di TV. Apa mereka tidak bisa melakukan hal yang lain?! Tidak ada pilihan lain bagiku selain nonton DVD dirumah.” Ucap Kyouya dengan mantap yang jelas-jelas menunjukan bahwa dia benar-benar tidak tertarik untuk merayakan malan natal itu. Erika diam tidak bisa melanjutkan niatnya untuk mengajak Kyouya keluar.
Erika teringat tentang perjanjinya dengan teman-teman yang akan bertukar photo, “Apa yang harus aku lakukan tentang photo itu? Jadi kami harus berusaha membuat dalih, huh? ” ucapnya dalam hati. Kemudian diapun berkata pada Kyouya, “Tapi aku pikir kalau photomu tidak masalahkan?” dia mencoba untuk mengajak Kyouya setidaknya mau photo bersama, Kyouya menanggapi permintaan Erika, “Kau cuma ingin menunjukannya kepada teman-temanmukan.” Erikapun menjelaskan posisinya pada Kyouya, “Tapi bagaimanapun, mustahil aku tidak mengirim photonya! Karena kami sudah janjian.” “Kalau cuma kau sendiri yang tidak punya photonya aku yakin itu sangat menyedihkan. Jadi perempuan itu sangat merepotkan ya.” Ucap Kyouya.
Tak lama setelah itu seorang pelayan dari toko mencoba untuk membujuk Kyouya membeli produknya, “Kakak! Apa kau sudah menyiapkan kekasihmu hadiah? Ini sangat popular dikalangan gadis saat ini! Ini sangat cocok untuknya!” Kyouya menolak tawarannya, “Tidak, tak masalah. Aku sudah menyiapkan sesuatu yang lebih mewah dari itu.” “Oh, begitu..” gadis pelayan toko itupun terdiam tidak bisa membujuk Kyouya lagi. “Mengerikan sekali caramu untuk membuatnya diam” ucap erika, “Ah, kalau aku tidak menegaskan kepadanya, dia akan menganggu kita terus.” Jawab Kyouya, dia sangat kelihatan tidak mau direpotkan. “Bagaimanapun, aku tidak mengerti apa gunanya bertukar kado pada hari natal. Bukankah seharusnya itu cuma untuk hari ulang tahun saja?” tambah Kyouya lagi. Mendengar itu Erika menjawab, “Tidak, apapun alasannya itu tidak masalah selama mereka bersenang-senang.” “Jadi aku harus memberimu sesuatu juga?” kata Kyouya mencoba untuk menggoa Erika, “seperti ikatan leher atau apalah..dan selanjutnya mengajakmu jalan-jalan setiap hari?” sambungnya lagi sambil tertawa. Erikapun berkata, “Ikatan leher seperti yang untuk anjing? Iya, aku mau itu!!” “Hah? Untuk apa? Cuma bercanda.. jangan anggap serius” ucap Kyouya tak percaya dengan apa yang dikatakan Erika. “Ehh… Cuma bercanda..” Erika kelihatan kecewa. “Apa kau bodoh? Kau tidak harus menggunakannyakan? Untuk apa kau menggunakan ikat leher seperti itu?” Erikapun menjelaskan pada Kyouya, “Tidak, walaupun itu tidak berguna!! Mendapatkan kado dari seseorang yang kau sukai itu rasanya sangat spesial. Tak masalah apapun yang kau terima, itu akan membuatmu senang dan kau pasti akan menjaganya dengan baik.” Mendengar itu Kyouya tak habis pikir, diapun berkata, “Aku tak mengerti apakah perempuan itu merepotkan atau cuma berpikiran pendek.”
[next]
“Hey! Ada itu!” Erika menunjukan pohon natal yang sudah dihias sangat indah ditengah kota, Erika mengajak Kyouya photo disana bersama sebagai persediaan untuk bisa dikirim pada teman-temannya nanti. Kyouya menanggapinya, “Ada bentuk hati berukuran besar ditengah-tengahnya pohon itu apa kita serius berphoto disitu?” kelihatan sekali kalau dia malu berphoto ditempat seperi itu, “Eh..bukannya itu imut?” ucap Erika. “Baiklah, terserah!! Ayo cepat, jadi kita bisa segera pulang.”
Mereka berduapun menuju pohon itu dan bersiap untuk mengambil gambar, “Pakailah syalmu untuk menutupi seragam” kata Kyouya pada erika. “Oh! Kau benar, bisa-bisa kita ketauan. Aku tidak bisa mencocokan posisi photo dengan pohonnya dan ini susah berphoto tidak kelihatan seragam” keluh Erika yang dari tadi tangannya sibuk mencocokan posisi photo mereka. “Ya ampun.. sini biar aku saja,” akhirnya Kyouyalah yang mengambil photo mereka. “Lihat ke sini..Senyum.” Kyouyapun menunjukan hasilnya pada Erika, “Ini sudah cukup baguskan? Kita sudah atur agar pohonnya agar kelihatan.”
Merekapun melanjutkan perjalanan pulang. Erika tampak senang dan tak henti-hentinya memandangi hasil photo itu, dia berkata dalam hati, “Kami terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan!! Ehh! Tapi ekspresiku tidak terlihat natural..!! Aku tadi grogi sekali. Ini sangat memalukan! Sepertinya hanya aku yang bersenang-senang sendiri. Bagi Kyouya-kun ini semua biasa-biasa saja dan tidak ada apa-apanya.” “Erika, aku kedinginan ayo kita mampir ke toko dan duduk sebentar” ajak Kyouya. “Bagaimanapun ini terlihat hanya aku yang tertarik dan terlihat bodoh. Ahh cukup!! Aku sudah cukup tertekan!! Ini belum mustahilkan? Selama masih ada harapan aku akan terus menyukainya.” Erika tampak seperti menahan sakit, dia berjongkok memegangi perutnya, Kyouyapun tampak terkejut dan langsung menghampiri Erika, “Kau kenapa?” Erika menjawab terbata-bata, “P…p…” Kyouya tampak bingung dan bertanya lagi, “P..???” “Perutku sakit” akhirnya Erika bisa menjawab sambil menahan sakit diperutnya.
[next]
Setelah mereka sampi disebuah café, tampak Erika duduk masih menahan sakit perutnya, Kyouya yang tadi pergi keluar kini sudah kembali ke café, “Ini obat sakit perut, makanlah. Kita bisa disini dulu sampai kau baikan jadi istirahatlah” ucap Kyouya sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya. “Apa kau keluar untuk membeli obat ini ke apotik?” tanya Erika. “Kau seharusnya berterimakasih padaku. Aku berlari sepanjang jalan untuk melakukan kebaikan kepadamu.” “Terimakasih, ini berapa?” tanya Erika mencoba untuk membayar obat itu pada Kyouya. “Kau tidak perlu membayarnya” Kyouya langsung menolak, “Tapi aku merasa tidak enak” ucap Erika. “Sebelumnya, saat aku demam waktu itu apa yang kau lakukan? Jangan jadikan aku mengambil uangmu dan tidak membiarkanku mengembalikannya” jelas Kyouya pada Erika. Akhirnya Erikapun hanya bisa mengucapkan terimakasih sekali lagi. “Bagaimanapun, sakit perut seperti ini..kau seperti orang tua saja. Apa sih yang sangat kau pikirkan?” tanya Kyouya. Rasanya Erika ingin sekali berteriak pada Kyouya tapi dia tetap harus menahan emosinya, diapun menggerutu dalam hati, “Ini semua salahmu!! Tapi kalau aku mengatakan seperti itu akan terlihat seperti aku mengancam, cara seperti itu tidak adil.” Kyouyapun berkata lagi “Kalau kau tak keberatan, kenapa kau tidak katakan saja kepadaku?” Erikapun berkata, “Baiklah kalau begitu, hanya ada satu hal. Sebenarnya aku ini apa untukmu? Hanya boneka untuk menghiburmu di waktu senggangmu? Hanya seekor anjing baik untuk memuaskanmu kapanpun kau mau? Apakah itu semua? Apakah tidak ada perasaan spesial walaupun hanya sedikit?” tanya Erika tak henti. Kyouya masih belum menjawab, Erikapun bangkit dari duduknya dengan memegan gelas dan mengancam, “Katakan atau aku akan tuangkan air digelas ini?”
Kyouya memandangi Erika, dia memegang tangan Erika yang sedang memegang gelas, “Aku menyukaimu, apa kau tidak tau itu? Tidak peduli sebaik apapun orangnya, aku tetap tidak bisa membayangkan kalau gadis yang aku benci berada disampingku. Kalau aku tidak tertarik kepada bonekaku, aku pasti akan membuangnya keluar saat aku bosankan? Ini memang memalukan jadi aku tidak pernah mengatakannya, tapi yang sebenarnya adalah.. aku selalu menyukaimu” ucap Kyouya dan melepas tangan Erika.
Erika masih tak bisa membayangkan hal ini bisa terjadi, dia menagis karena terlalu bahagia mendengar ucapan Kyouya, “Jangan menangis.. Maafkan aku. Aku mengerti sampai sekarang, aku selalu menjahilimu, maafkan aku..” Kyouya mencoba untuk menenangkannya, Erikapun berkata, “Tapi aku tidak percaya kau akan mengatakan sesuatu seperti itu.. aku sangat bahagia. Tidak apa-apa! Karena ini semua sudah berakhir, jadi tidak apa-apa. Ini karena aku berpikiran pendek!” ucap Erika sambik terus menangis karena terlalu bahagiannya. “Itulah yang menarik dari Erika” tambah Kyouya lagi.
[next]
Erika akhirnya sudah tenang dan berhenti menangis, diapun semangat untuk membahas tentang malam natal mereka dan berkata, “Aku ingin merayakannya bersama Kyouya-kun!” “Hari natal? Tapi apa yang akan kita lakukan?” tanya Kyouya, “Hanya sesuatu yang biasa saja tidak masalah” ucap Erika antusias. “Biasa?” Kyouya masih bertanya, Erikapun menjelaskan, “Misalnya, kita berdua makan ayam goreng dan kue! Dan membeli kado untuk kita berdua! Ini natal pertamaku untuk merayakannya bersama kekasihku jadi aku ingin melakukannya bersama!” “Itu terdengar sangat ekonomis tapi tidak masalah jika itu bersama Erika pasti akan menyenangkan.” kata Kyouya menanggapi. Erika semakin bahagia mendengar ucapan Kyouya yang seperti itu.
Tiba-tiba saja ekspresi Kyouya jadi berubah, Kyouyapun berkata, “Jadi..berapa lama lagi? Kau ingin aku berakting seperti ini? Kau ini sangat mudah percaya dengan orang lain ya, seperti biasanya. Kau masih belum mengenalkukan? Aku tidak mungkin berkata sesuatu yang manis seperti itu. Bagaimana bisa kau menyelamatkan dirimu dihari-hari berikutnya? Kau akan mudah dijahati.” Erika langsung bediri dan menuangkan air yang bercampur es batu pada Kyouya, “Kau yang paling buruk! Pergi dan mati saja kau, jahat!!” Erikapun langsung keluar dari café itu dan meninggalkan Kyouya yang terdiam, kepalanya sudah basah, pelanggan lainpun tak henti-hentinya memandanginya. “Uhm.. apa anda baik-baik saja? Apakah saya perlu mengambil handuk?” tanya seorang pelayan kepada Kyuoya. “Tidak, aku baik-baik saja” jawab Kyouya singkat, diapun masih terkejut atas apa yang terjadi padanya.
Sementara itu diperjalan pulang Erika terus menangis, hatinya sangat sakit, tak henti-hentinya dia menggerutu dalam hati, “Bodoh! Begok! Sialan! Aku membencimu. Akhirnya aku mengerti dia memang tidak memikirkan aku sedikitpun, itulah sebabnya dia bisa borbohong sejahat itu. Sudah cukup, Ini sangat melelahkan. Menyukai seseorang itu sangat melelahkan. Sudah cukup.. Aku mundur..” Erika benar-benar frustasi.
[next]
[next]
“Apa kau tak ingin makan kue natal?” tanya ibu Erika yang terus mengetuk pintu kamar Erika, kedua orang tuanya tampak begitu khawatir karena Erika mengurung diri terus dikamar. “Aku tidak mau.” Jawab Erika pada ibunya dari dalam tanpa mau bergerak membuka pintu kamarnya, “Apa yang kau katakan? Kau tidak mau? Sewaktu kecil dulu kau sangat tertarik merayakan natal” ucap ibunya heran. Akhirny ayah dan ibunyapun menyerah, mereka membiarkan Erika mengurung diri. Sedangkan ditempat lain Kyouyapun tampak gelisah memikirkan Erika.
Tak lama kemudian Hp Erika berbunyi, ada pesan masuk ternyata itu dari Marin dan Teduka, mereka mengirim photo acara malam natal mereka bersama pasangan masing-masing. “Menyenangkan sekali, mereka terlihat sangat bahagia” ucap Erika iri melihat photo-photo itu. “Aku juga akan mengirim photoku pada mereka..” saat Erika akan menekan tombol kirim, Erika menahannya dia berpikir lagi, “Tidak ada artinya lagi kalau aku mengirimi photo ini pada mereka. Kami sudah tidak bisa melanjuntukannya. Aku tidak peduli lagi walaupun ketauan. Akan sangat menyedihkan bila bersama kyouya-kun. Kyouya-kun, kau bodoh! Kenapa kau baik kepadaku setengah-setengah? Aku jadi sangat mengharapkanmu. Aku tidak bisa dengan mudah melupakanmu.” Erika menggurutu dalam hati dan terus menangis.
[next]
Pintu kamar Erika diketok lagi oleh ibunya, “Bisakah aku bertemu denganmu sebentar?” tanya ibunya. Erika langsung menghapus air matanya dan dengan malas berjalan ke pintu sambil berkata, “Keras kepala sekali. Aku sudah bilang tidak mau makan kue!” begitu pintu terbuka alangkah terkejutnya dia melihat Kyouya berdiri dihadapannya. Ibunya berkata pada Erika, “Pacarmu..Dia datang ingin menemuimu.” “Baiklah.. silahkan besenang-senang” kata ibu Erika pada Kyouya. Kyouyapun berterimakasih.
[next]
Pintu kamar Erika diketok lagi oleh ibunya, “Bisakah aku bertemu denganmu sebentar?” tanya ibunya. Erika langsung menghapus air matanya dan dengan malas berjalan ke pintu sambil berkata, “Keras kepala sekali. Aku sudah bilang tidak mau makan kue!” begitu pintu terbuka alangkah terkejutnya dia melihat Kyouya berdiri dihadapannya. Ibunya berkata pada Erika, “Pacarmu..Dia datang ingin menemuimu.” “Baiklah.. silahkan besenang-senang” kata ibu Erika pada Kyouya. Kyouyapun berterimakasih.
Setelah Kyouya masuk kekamarnya Erikapun bertanya, “Kenapa? Kenapa kau datang?” “Aku datang untuk mendisiplinkanmu. Sejak hari itu kau tidak menghadap dan meminta maaf padaku. Kau sudah mulai berani ya” jelas Kyouya. Erika tampak bingung dan berkata lagi, “Permintaan maaf? Apa yang aku lakukan? Orang yang dimintai maaf itu seharusnya aku!!” “Apa kau sudah lupa? Aku ini tuanmu. Menyiram air kepaku, menyuruhku untuk ‘mati’, apa kau pikir seperti itu boleh dilakukan?” Erika semakin emosi, “Apa kau tidak sadar?!! Kau yang…” belum sempat dia melanjutkan Kyouya sudah memotong perkataannya dan seperti terlihat memegang lehernya, “Diam! Aku akan memeberitahumu sekali lagi bahwa kau adalah anjingku! Aku sudah memasangnya, kalung pengikat.”
Erika terkejut melihat kalung yang sudah terpasang dilehernya, Kyouya berkata lagi, “Aku ingatkan kepadamu..kalau aku beri kalung karet sungguhan orang lain akan menganggap seleraku aneh. Jadi aku menemukan sesuatu yang lebih pantas dari pada itu. Ini simbol kalau kau adalah milikku. Jadi kau jangan lupakan itu!” Erika kembali menangis terisak-isak, tangisannyapun semakin keras, “Terimakasih..” hanya itulah kata-kata yang bisa diucapkan Erika sambil terus menangis.
Erika terkejut melihat kalung yang sudah terpasang dilehernya, Kyouya berkata lagi, “Aku ingatkan kepadamu..kalau aku beri kalung karet sungguhan orang lain akan menganggap seleraku aneh. Jadi aku menemukan sesuatu yang lebih pantas dari pada itu. Ini simbol kalau kau adalah milikku. Jadi kau jangan lupakan itu!” Erika kembali menangis terisak-isak, tangisannyapun semakin keras, “Terimakasih..” hanya itulah kata-kata yang bisa diucapkan Erika sambil terus menangis.
“Aku sangat bahagia.. Sekali lagi, kau telah menjadikanku tidak bisa untuk meninggalkanmu. Berapa banyak lagi aku harus ditipu sebelum aku belajar? ‘Aku menyukaimu, Erika.’ Itulah kata-kata yang tadi sore pernah kau ucapkan. Apakah aku bisa mempercayainya… walaupun hanya sedikit?” Erika berbicara dalam hati sementara dia tak henti-hentinya menangis. Kyouyapun terus menenangkannya, “Jangan menangis.”